Babad Bojonegoro (Sejarah Asal Usul Kabupaten Bojonegoro)

Babad Bojonegoro (Sejarah Asal Usul Kabupaten Bojonegoro)

Bojonegoro adalah sebuah kota kabupaten yang terletak di ujung barat Jawa Timur sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan kabupaten Blora Jawa Tengah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan Kabupaten Tuban sebelah utara dan di selatan berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk serta Jombang.

Kabupaten Bojonegoro telah melalui banyak peristiwa dalam rentang waktu panjang perjalanannya berikut adalah sejarah awal peristiwa yang mempengaruhi Kabupaten ini pergolakan politik yang terjadi di Kerajaan Mataram Islam.

mqdefault 1

Bagian Ke-1

Kadipaten jipang periode 1677 sampai 1705 Raden Mas Tumapel, Di penghujung tahun 1677 terjadi peristiwa bersejarah yang menjadi cikal bakal lahirnya Kabupaten Bojonegoro peristiwa itu adalah perjanjian Jepara sebuah perjanjian yang dilaksanakan oleh pihak Mataram dalam hal ini adalah raja Amangkurat 2 atau Raden Mas Rahmat dengan pihak VOC

Di bulan September tahun 1677 CD nyentuh Amangkurat 2 bermaksud merebut kembali Keraton Mataram di Plered yang dikuasai oleh pangeran Trunojoyo dari Madura oleh karenanya Amangkurat 2 meminta bantuan kepada pihak VOC Pupuh isi perjanjian Jepara 1 folk mengakui Amangkurat 2 sebagai raja Mataram 2 VOC setuju berperang melawan Trunojoyo dengan catatan seluruh biaya perang adalah hutang Mataram kepada VOC MP3 sebelum hutang lunas maka seluruh kawasan utara Jawa digadaikan kepada VOC

Terakhir Mataram harus menyerahkan daerah Karawang Priangan dan Semarang yo yo Hai semuanya imbas perjanjian Jepara bagi Kadipaten jipang

di Kadipaten jipang dimasa itu meliputi wilayah Lasem flora.dan Bojonegoro jipang semula bentuk pemerintahannya bernama Kadipaten kemudian atas usulan dari VOC berubah menjadi kabupaten menurut VOC bahwa Kadipaten adalah wilayah bawahan yang harus tunduk sepenuhnya kepada kerajaan sementara kerajaan Mataram saat itu masih dalam kekuasaan Pangeran Trunojoyo selain perubahan nama pemerintahan VOC juga mengusulkan kepada Amangkurat 2 agar Adipati Sukowati yang berkuasa di jipang diganti

Hal ini karena selama ini Adipati Sukowati cenderung bersikap keras dan menunjukkan sikap tidak suka terhadap kehadiran VOC sehingga pada tanggal 20 okt Hai 77 berdasarkan serat perjanjian dalam Pororo ingkang jumeneng Noto diangkatlah Raden Mas Tumapel menjadi Bupati pertama Jepang namun pada kenyataan

Apa yang dirasakan company meleset karena Raden Mas Tumapel pejabat baru Jepang yang belum dikenal oleh company justru seorang yang tidak suka dengan company di tahun yang sama 1677 Raden Mas Tumapel memindahkan pusat Kabupaten dari Jepang menuju kepada Lan

Bagian Ke-2 

di Kabupaten jipang Padangan periode 1705 sampai 1784 ras kiwirok sentiko atau Raden Tumenggung Suro Wijoyo, Setelah pemberontakan Pangeran Trunojoyo berhasil diredam tahun 1679 Amangkurat 2 kemudian memindahkan pusat Kerajaan Mataram di Plered yang telah hancur pusat pemerintahan dipindahkan menuju ke Kartasura Hai tahun 1703 Amangkurat 2 wafat kedudukannya kemudian digantikan putranya Amangkurat 3 atau Sri susuhunan Amangkurat Mask Hai namun dimasa pemerintahan Amangkurat 3 terjadi lagi sengketa perebutan kekuasaan untuk kesekian kalinya

di tahun 1756 Amangkurat 3 turun Tahta kemudian digantikan oleh Pangeran Puger yang bergelar susuhunan Pakubuwono satu pergantian kekuasaan di kasunanan Kartasura berpengaruh terhadap kekuasaan di Kabupaten Jepang di tahun yang sama setelah Raja baru Pakubuwono satu naik Tata Raden Mas Tumapel bupati jipang yang diangkat oleh Amangkurat 2 digantikan oleh pejabat baru yakni Q wirosentiko atau Raden Tumenggung Suro Wijoyo yang ditunjuk oleh pangeran

Pada tahun 1718 Tumenggung Suro Wijoyo mendapat tugas dari susuhunan Pakubuwono satu untuk memaksa orang-orang Madura tetap mengakui susunan sebagai raja mereka konflik antara Mataram dan Madura kembali memanas di tahun ini seluruh Joyo gugur dalam pertikaian

Bagian Ke-3

Kabupaten Jepang Padangan periode 1718 sampai 1741 Ki Songko atau Raden Tumenggung Haryo matahun satu setelah Tumenggung Suro Wijoyo Bupati kedua Kabupaten Jepang gugur dalam sengketa dengan rakyat Madura kemudian susuhunan Pakubuwono satu mengangkat di songkok sebagai penggantinya menjadi bupati jipang dengan nama Raden Tumenggung Ario MA tahun

tahun 1725 susuhunan pakubuwana 2 naik tahta di tahun itu juga susuhunan memerintahkan kepada Bupati jipang Hai Raden Tumenggung Haryo matahun Satu Untuk memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Jepang daripada and the Desa Rajekwesi ngumpakdalem dan sejak tahun 1725 Kabupaten cipang berubah menjadi kabupaten Rajekwesi tahun 1740 Raden Tumenggung Haryono tahun satu penerima tugas dari susuhunan untuk mengendalikan Madura yang ingkar kembali kepada kekuasaan Mataram Hai Raden Tumenggung haryomataram satu gugur dalam pertempuran melawan Madura di desa pendorong Sedayu ditahun 1741 a Indonesia

Bagian Ke-4

Kabupaten Rajekwesi periode 1741 sampai 1743 Raden Tumenggung Ario matahun 2-11 Raden Tumenggung Haryono tahun satu gugur di desa pedorong Sedayu pada tahun 1741 Pakubuwono mengangkat Raden Tumenggung Ario matahun dua menjadi Bupati Raja positif di awal kepemimpinan Tumenggung Haryono tahun 2D warnai dengan peristiwa besar yang terjadi di tanah Jawa perang gabungan orang-orang Tionghoa dan rakyat Jawa melawan Belanda atau yang lebih dikenal dengan peristiwa Geger Pecinan

Namun awalnya perlawanan terhadap Belanda hanya dilakukan oleh kelompok etnis Tionghoa sebagai aksi balas dendam atas pembantaian 10.000 etnis Tionghoa di Batavia yang dilakukan oleh orang-orang Eropa tapi kemudian rakyat pribumi bergabung membantu etnis Tionghoa dan perjuangan rakyat ini kemudian mendapat dukungan dari fakub ono2 Hai mengetahui sikap Pakubuwono kedua yang memihak musuh tahun 1742

Belanda dibantu pasukan dari Madura yakni pasukan cokroningrat empat Bupati Madura barat menyerang keraton Kartasura pasukan Madura membantu VOC Belanda dengan janji akan dibantu lepas dari cengkraman kekuasaan Mataram tidak berselang lama Kartasura pun takluk Hai cakraningrat pot bermaksud menduduki keraton Kartasura dan menyingkirkan pakubuwana 2.

Akan tetapi Belanda menolak di tahun 1743 Belanda menyerahkan kembali kertas uraian telah hancur kepada pakubuwana 2 setelah kondisi kekalahannya otomatis pakubuwana 2 kehilangan taring kekuasaannya pejabat pemerintahan di pusat dan di daerah yang setia kepadanya diganti mengetahui kondisi ini ditambah dengan kondisi keraton Kartasura yang telah hancur pakubuwana 2 akhirnya pindah ke desa Solo dan mendirikan istana Surakarta di

Bagian Ke-5

Di Kabupaten Rajekwesi periode 1743 sampai 1755 Raden Tumenggung Haryo matahun tiga setelah terjadinya gelombang pergantian pejabat hampir di seluruh wilayah Mataram Kabupaten Rajekwesi pun kepemimpinannya dilanjutkan oleh Raden Tumenggung Ario matahun 3 pada tahun 1743 cukup di tahun 1743 ini pun pakubuwana 2 jatuh sakit kedudukannya kemudian digantikan oleh putranya pakubuwana 3 Hai politik memecah belah dan menguasai yang terus dilancarkan oleh kompeni Belanda telah berulangkali menimpa kerajaan Mataram era kepemimpinan pakubuwana 3 terjadi kembali perang saudara yaitu antara pakubuwana 3 dibantu dengan kompeni Belanda melawan gabungan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said yang memperoleh dukungan hampir dari seluruh rakyat Jawa Timur perang ini berakhir melalui sebuah perjanjian yang disebut dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755 di Karanganyar Jawa Tengah

Perjanjian Giyanti membelah Mataram menjadi dua bagian Kesultanan Yogyakarta dan kasunanan Surakarta kasultanan Yogyakarta jatuh kepada Pangeran Mangkubumi dan kemudian diangkat menjadi raja pertama bergelar Sultan Hamengku Buwono Senopati ing alogo atau Hamengkubuwono Pertama sementara di kasunanan Surakarta Hadiningrat pakubuwana 3 menjadi Sunan Pakubuwono kedua di Surakarta Hai imbas dari perjanjian Giyanti Kabupaten Rajekwesi kemudian berada di bawah daerah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta sehingga kemudian Sultan Hamengkubuwono harus mencari pejabat baru menggantikan Raden Haryo matahun tiga yang diangkat oleh Pakubuwono

Bagian Ke-6 

Kabupaten Rajekwesi periode 1755 sampai 1756 Raden Ronggo prawirodirjo Raden Ronggo prawirodirjo beliau adalah putra dari Kiai Ageng tirtoyoso Mataram di tahun 25 beliau diangkat oleh Sultan Hamengkubuwono 1 menjadi Bupati Raja Bosch ia menggantikan Raden Haryo matahun tiga selain menjadi Bupati Raja posisi Raden Ronggo prawirodirjo juga merangkap sebagai wedana bupati di Madiun satu tahun menjabat di Kabupaten Rajekwesi beliau kemudian digantikan oleh Raden prawirodijoyo pada tahun 1756 penggantian ini mungkin dimaksudkan oleh Sultan Hamengkubuwono 1 agar Raden Ronggo fokus memimpin Madiun Hai free wafat di Madiun dan dimakamkan di pemakaman taman atau tanah perdikan

Bagian Ke-7

Kabupaten Rajekwesi periode 1756-1763 Raden Purworejo Joe dimasa kepemimpinan Raden purwojoyo terjadi peristiwa besar di tingkat pusat tepatnya pada tahun 1757 di tahun ini dilaksanakan perjanjian Salatiga Hai dimana Raden Mas Said atau Pangeran sambernyowo menuntut wilayah kekuasaan dari sebagian kasultanan Yogyakarta dan kasunanan Surakarta Hai perjanjian ini dihadiri oleh Hamengkubuwono 1 Belanda dan Sunan pakubuwana 3 di salah tiga demi mengakhiri perang di tanah Jawa akhirnya Hamengkubuwono 1 dan pakubuwana 3 dengan berat hati menerima perjanjian Salatiga

Hasil perjanjian Salatiga adalah wilayah Ngawen kini bernama Gunungkidul wilayah Karanganyar dan Wonogiri menjadi kekuasaan Raden Mas Said yang kemudian dikenal dengan wilayah Mangkunegaran

Meskipun mendapat wilayah kekuasaan sendiri akan tetapi penguasa Mangkunegaran tidak berhak menyandang gelar Sultan atau Sunan Hai gelar tertinggi adalah Pangeran Adipati situasi politik ini tidak berpengaruh terhadap kondisi di Kabupaten Rajekwesi sehingga Raden Purworejo Joe dapat melaksanakan tugasnya dengan baik kurang lebih selama lima tahun Hai pada tahun 1762 diganti oleh Raden Mas Guntur Wiro Tejo

Bagian Ke-8

Kabupaten Rajekwesi periode 1760 sampai 1800r Raden Mas Guntur Wiro Tejo pasca perjanjian Salatiga yang memecah kerajaan Mataram menjadi tiga bagian yakni Yogyakarta Surakarta dan Mangkunegaran situasi di tanah Jawa mulai terlihat tenang dan damai perkembangan masing-masing

Keraton dan kabupaten menunjukkan situasi yang permanen sehingga makin sulit menyatukan Mataram Hai dampak positifnya adalah pemimpin di pusat dan di daerah bisa konsentrasi membangun wilayahnya masing-masing pada tanggal 24 Mar tahun 1792 kabar duka menyelimuti segenap wilayah kasultanan Yogyakarta sang raja pertama Hamengkubuwono 1 meninggal dunia dan digantikan putranya Hamengkubuwono dua atau pra Den Mas Sundoro pada tanggal 22 April 1792

Bagian Ke-9

Kabupaten Rajekwesi periode 1800-1811 radenronggo jenggot, pada tahun 2800 radenronggo jenggot diangkat oleh Sultan Hamengkubuwono dua sebagai bupati Rajekwesi menggantikan Raden Mas Guntur radenronggo jenggot adalah anak dari Ronggo prawirodirjo satu dengan ibu keturunan hari Oma tahun kurun waktu kepemimpinan Raden Ronggo jenggot dari 1800-1811 kabupaten Rajekwesi dalam keadaan aman dan tentram pada tahun 1811 sang Bupati Raden Ronggo jatuh sakit sehingga kedudukannya harus digantikan oleh Raden prawirosentiko

Bagian Ke-10

Kabupaten Rajekwesi periode 1811-1816 Raden prawirosentiko setelah Raden Ronggo jenggot jatuh sakit kekuasaan Kabupaten Rajekwesi kemudian digantikan oleh adiknya yaitu Raden prawirosentiko pada tahun Hai kupu-kupu dimasa kepemimpinan Raden prawirosentiko kembali terjadi peristiwa besar di tanah Jawa tepatnya pada tahun 1812 di tahun ini Keraton Yogyakarta diserang oleh penjajah Inggris

Secara resmi di tahun 1812 Keraton Jogja dan wilayah kekuasaannya termasuk Kabupaten Rajekwesi dan sekitarnya menjadi daerah jajahan Inggris ke Hai bupati sebagai kepala daerah ditetapkan sebagai pegawai government dan kabupaten Rajekwesi berada di bawah Residen Rembang Kemudian pada tahun 1816 Inggris menyerahkan kembali wilayah jajahannya kepada Belanda situasi Keraton Jogja Pada masa itu benar-benar tidak menentu cara mengetahui kondisi yang demikian pada tahun 1816 bupati wirosentiko yang loyal kepada Keraton mengundurkan diri dari jabatannya.

Bagian Ke-11 

Kabupaten Rajekwesi periode 1816-1830 satu Raden Tumenggung sumonegoro setelah Bupati prawirosetiko mundur pada tahun 1816 presiden Rembang mengangkat Raden Tumenggung kusumonegoro menjadi Bupati Rajekwesi

Raden Tumenggung sumonegoro ditunjuk oleh Residen Rembang karena Ia dikenal sebagai orang yang menyukai Belanda ia melaksanakan pemerintahan dengan keras untuk mentaati dan memenuhi permintaan atau perintah dari Residen Rembang dan demi menyenangkan pemerintahan Belanda Raden Tumenggung sumonegoro membuat laporan palsu bahwa Raden prawirosentiko Bupati sebelumnya yang mengundurkan diri akan melakukan pemberontakan Tak Butuh waktu lama Raden prawirosentiko ditangkap dan dipenjarakan di Semarang

Bagian Ke-12

Kabupaten Rajekwesi periode 1821-1825 Raden Tumenggung sosrodiningrat setelah Raden Tumenggung sumonegoro pensiun pada tahun 1812 Residen Rembang mengangkat Raden Tumenggung sosrodiningrat menjadi Bupati Rajekwesi Hai selama pemerintahannya Raden sosrodiningrat berusaha keras untuk menimbulkan kembali kepercayaan rakyat kepada pemerintahan Kabupaten

Namun Apa yang dilakukan oleh sang Bupati justru berbuah kecurigaan dari pemerintahan Belanda yang berada di karesidenan Rembang Hai dingin Hai Belanda menganggap Bupati sosrodiningrat tidak sepenuh hati melaksanakan perintah Residen Rembang dengan alasan yang dicari-cari maka pada tahun 1823 Raden Tumenggung sosrodiningrat diberhentikan dari jabatannya

Bagian Ke-13

kabupaten Rajekwesi periode 1823 sampai 1825 Raden Tumenggung purwonegoro pada tahun 1823 Residen Rembang mengangkat Raden Tumenggung purwonegoro menjadi Bupati Rajekwesi dengan harapan Bupati baru-baru tidak mengulang kesalahan pejabat sebelumnya

Namun nampaknya kali ini Belanda juga salah lirik Raden Tumenggung purwonegoro yang diharapkan bersikap keras dan reaction Al terhadap rakyat Rajekwesi justru bersikap sebaliknya ia bersikap persuasif dan perlahan-lahan memperbaiki kehidupan rakyat nyenengin

Sikap Raden Tumenggung purwonegoro yang persuasif kepada rakyat Rajekwesi lama-kelamaan mendatangkan kecurigaan kepada pihak Belanda apalagi di tahun 1825 di Kraton Jogja terjadi pergolakan yaitu pecahnya perlawanan Pangeran Diponegoro kepada Belanda Belanda khawatir dengan sikap Bupati Rajekwesi yang pro-rakyat dan seolah-olah sejalan dengan pemikiran Pangeran Diponegoro suatu saat akan merugikan pihak Belanda Hai oleh karenanya di tahun 1825 ini juga Raden purwonegoro diturunkan dari jabatannya

Bagian Ke-14

Kabupaten Rajekwesi periode 1825-1830 7 Raden Adipati joyoningrat , pada tahun 1825 kresiden Rembang mengangkat Raden Adipati joyoningrat menjadi Bupati Rajekwesi Hai Adipati joyoningrat dinilai Belanda memiliki persyaratan cukup untuk menjadi seorang pejabat idealis dilingkungan government dibanggakan oleh residen atasannya di Rembang memperoleh kepercayaan penuh dari Belanda sikap proaktif yang dimiliki oleh Adipati joyoningrat dinilai Belanda akan mampu membantu Belanda mengatasi Gejolak rakyat yang memihak pemberontakan Pangeran Diponegoro

Cukup pada tahun 1827 Pangeran Diponegoro mengirimkan orang kepercayaannya yang bernama Tumenggung sosrodilogo untuk menyerang Kabupaten Rajekwesi yang dipimpin oleh Adipati joyoningrat lebur

Tumenggung sosrodilogo yang didukung oleh sebagian besar rakyat berhasil merebut dan menguasai Rajekwesi pihak Belanda kocar-kacir dan Adipati joyoningrat melarikan diri ke arah flora rakyat Rajekwesi kemudian mengangkat Tumenggung sosrodilogo menjadi Bupati Rajekwesi menggantikan Adipati joyoningrat

Bagian Ke-15

Kabupaten Rajekwesi periode 1827 sampai 1828 Tumenggung sosrodilogo , Tumenggung sosrodilogo adalah Bupati pertama yang diangkat langsung oleh rakyat di masa penjajahan Belanda

jatuhnya Kotaraja posisi membuat cemas pejabat Residen Rembang bareng fanloid Residen Rembang segera mengirimkan militer yang lebih kuat guna merebut kembali Rajekwesi

Akhir-akhir pasukan Residen Rembang yang terdiri dari gabungan tentara Belanda dan Bumiputera yakni ampun Halmahera dan Madura dengan kekuatan kurang lebih 2000 prajurit dibawah komando Kolonel Van griesheim berhasil merebut kembali Kabupaten Rajekwesi pada dua Januari 1828 setelah mendapat serangan dari pasukan Belanda Kabupaten Rajekwesi kondisinya rusak berat akan Tumenggung sosrodilogo sendiri menyerah kepada Belanda pada tanggal 3 okt

Pasca penyerahannya Tumenggung sosrodilogo seperti Ditelan Bumi , kekalahan Belanda menghadapi Tumenggung sosrodilogo di Kabupaten Rajekwesi benar-benar memberikan tamparan keras di pihak Belanda saking bencinya Belanda ingin menghilangkan semua memori tentang kabupaten Rajekwesi dan sosok Tumenggung sosrodilogo

Belanda kemudian mengganti nama kabupaten Rajekwesi menjadi Kabupaten Bojonegoro bukan hanya mengganti nama pemerintahan saja Belanda juga memindahkan ibukota kabupaten Rajekwesi dari ngumpakdalem ke kota Bojonegoro yang sekarang

Menulis sama dengan Membaca

You might also like